Struktur Fisik Dalam Puisi

            Adapun struktur fisik puisi atau disebut pula metode puisi adalah sarana – sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi melipauti hal – hal sebagai berikut.

o   Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata – kata, tepi kanan – kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal – hal tersebut menentukan pemaknaan terhadap puisi.

o   Diksi, yaitu pemilihan kata – kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Oleh karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata – kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata – katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata – kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

o   Imaji, yaitu kata atau susunan kata – kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti pengelihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan – akan melihat, mendengar dan merasakan sepertia apa yang dialami penyair.

o   Kata konkret, yaitu kata yang dapat diatangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji. Kata – kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang, misalanya kata konkret “salju” melambangkan kekuatan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain – lain, sedangkan kata konkret “rawa – rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain- lain.

o   Bahasa figuratif, yaitu bahasa yang berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbukan konotasi tertentu (Soedjito, 1986 : 128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyc 1987 : 83). Bahasa figuratif disebut juga bahasa majas. Adapun macam – macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdote, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars proto, totem proparte, paradoks, dan lain – lain.


o   Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik awal maupun di akhir baris puisi. Rima mencakup onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal/ng/ yang memberikan efek magis pada puisi sutadji C.B), bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sejak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repitisi bunyi (kata), dan sebagainya,dan bunyi. Ritme sangat menonjol dalam pembacaan puisi.





Struktur Fisik Dalam Puisi

Struktur Fisik Dalam Puisi

            Adapun struktur fisik puisi atau disebut pula metode puisi adalah sarana – sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi melipauti hal – hal sebagai berikut.

o   Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata – kata, tepi kanan – kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal – hal tersebut menentukan pemaknaan terhadap puisi.

o   Diksi, yaitu pemilihan kata – kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Oleh karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata – kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata – katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata – kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

o   Imaji, yaitu kata atau susunan kata – kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti pengelihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan – akan melihat, mendengar dan merasakan sepertia apa yang dialami penyair.

o   Kata konkret, yaitu kata yang dapat diatangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji. Kata – kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang, misalanya kata konkret “salju” melambangkan kekuatan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain – lain, sedangkan kata konkret “rawa – rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain- lain.

o   Bahasa figuratif, yaitu bahasa yang berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbukan konotasi tertentu (Soedjito, 1986 : 128). Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyc 1987 : 83). Bahasa figuratif disebut juga bahasa majas. Adapun macam – macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdote, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars proto, totem proparte, paradoks, dan lain – lain.


o   Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik awal maupun di akhir baris puisi. Rima mencakup onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal/ng/ yang memberikan efek magis pada puisi sutadji C.B), bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sejak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repitisi bunyi (kata), dan sebagainya,dan bunyi. Ritme sangat menonjol dalam pembacaan puisi.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar